kondisi dan tantangan fakultas ushuluddin di PTAI




Pengelolaan Fakultas Ushuluddin

Fakultas Ushuluddin telah dibuka dihampir seluruh UIN, IAIN, STAIN dan sebagian perguruan tinggi agama islam suasta seluruh Indonesia. Dalam jangka waktu yang panjang kini mahasiswa telah menyaksikan sendiri pengelolaan fakultas Ushuluddin dan sistem manajemen maupun pembelajaran. Dilihat dari calon mahasiswa yang memilih fakultas ushuddin yang makin lama semakin menurun khususnya dalam PTAIN / PTAIS yang masih dipertanyakan kualitasnya memperlihatkan, perlunya melakukan perbaikan dari sistem manajemen maupun pembelajaran yang selama ini dikelola oleh fakultas Ushuluddin.

Berbagai pihak melihat, fakultas Ushuluddin belum optimal, dan oleh karena itu harus dicarikan jalan keluarnya. Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) Indonesia, Arif furqan sebagaimana dalam perta’s news akhirnya beliau mengakui kelemahan-kelemahan fakultas Ushuluddin. Yang lebih ngeri lagi sebagian besar umat islam di Indonesia berada pada situasi dan kondisi tidak percaya lagi pada pembukaan bidang ilmu-ilmu keislaman di fakultas Ushuluddin. Kebingungan umat islam terhadap berbagai aspek permasalahan yang terus berkembang menjadi momentum fakultas Ushuluddin untuk merubah pola pembelajaran yang sama sekali baru. Perkembangan fakultas Ushuluddin bahkan sedang mengarahkan umat islam kedalam ketidakpercayaan terhadap bidang ilmu-ilmu dan studi keislaman (Islamic studies). Rangkaian gagasan yang dilontarkan mahasiswa Ushuludin yang selalu memunculkan perdebatan tentang keberadaan tuhan (gad), ke-sakralan teks-teks normative dan lain-lain telah membuat resah masyarakatnya.

Sementara perdebatan ilmu-ilmu keislaman dan dimensi-dimensi religious studies yang membuat citra buruk tentang pemurtadan dank ke-nylenehan yang sebenarnya tidak benar masih saja berlangsung diberbagai daerah. Wacana-wacana keislaman yang ada tidak mampu mengantarkan pada perubahan pemikiran, sikap dan amal. Namun, justru hanya sekedar pengembangan wawasan yang dirasa dirasa kurang baik oleh masyarakat. Kita dihantui oleh perdebatan keyakinan keagamaan umat islam yang terus berlanjut dengan melibatkan umat islam secara keseluruhan

Problematika Fakultas Ushuluddin

Sebab utama dari kebingunagan umat islam yang kita hadapi kini bersumber pada permasalahan-permasalahan multikulturalisme yang harus berkembang memasuki masa kini yang tanpa pemutusan hubungan yang tajam dengan masa lampau. Konsekuensinya, bergesernya standar keyakinan untuk menentukan apa yang baikdan apa yang tidak baik dalam kehidupa umat islam. Konsolidasi fakulats ushuluddin makin sulit diwujudkan karena makin mengerdil serta mengeringnya minat mahasiswa dengan sistem manajemen maupun pembelajaran yang ditawarkan oleh fakultas Ushuluddin di Indonesia

Beberapa masalah fundamental seperti: (1) pengaturan hubungan pembelajaran dan mutu lulusan; (2) pengembangan pembelajaran bidang ilmu-ilmu keislaman dalam tiga bidang: Aqidah, Syari’ah dan akhlak secara integral; (3) penataan hubungan keahlian bidang keilmuan dan lapangan kerja; dan (4) hubungan rasional pengembangan ilmu-ilmu keislaman terkait dengan kompleksitas permasalah-permasalahan social, semua itu diabaikan untuk didahulukan. Sebagai gantinya kita justru memilih Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kurang memperdulikan hasil mutu lulusan, yang karena hanya terjebak pada pola standarisasi KBK, akhirnya hanya bersifat tambal sulam. Inilah yang membawa kita masuk ke dalam kekacauan pengelolaan sistem manajemen maupun pembelajaran.

Tantangan Fakultas Ushuluddin Kini Dan Masa Depan

Lokomotif pemikiran islam merupakan slogan yang populer bagi fakultas Ushuluddin. Kajian-kajian dan wacana-wacana keislaman adalah hal yang mutlak untuk tidak pernah ditinggalkan. Sehingga idealnya, SDM di fakultas Ushuluddin memberikan lentera pada fakultas-fakultas lain, yang sementara ini juga memberikan mata kuliah- mata kuliah dalam wilayah “ pemikiran keislaman ” yang memacu gairah studi keislaman (Islamic studies).

Orang boleh saja kurang simpati dengan fakultas Ushuluddin lantaran misinya yang bersifat “kritis” terhadap linkungannya, termasuk terhadap taxonomi keilmuan islam yang telah begitu mentradisi sejak berabad-abad, sehinga seolah-olah melupakan ungsur historitas yang telah melekat dalam tradisi tersebut. Isu penutupan fakultas Ushuluddin, baik untuk sebagian maupuin keseluruhan, baik dengan pertimbangan efisiensi biriokrasi maupun oleh pertimbangan yang lain, akan membawa lonceng kematian dinamika berpikir dan semangat kritis terhadap fenomena kehidupan keberagamaan dan keilmuan, fakultas Ushuluddin bisa saja dicabut dari salah satu fakultas yang terdapat dalam PTAIN/PTAIS, akan tetapi pemikiran-pemikiran kritis dari masyarakat tidak dapat dibendung. Inilah tantangan yang dihadapi fakultas Ushuluddin

Tiada gading yang tak retak, itulah semangat yang dipegang oleh fakultas Ushuluddin. Kerena dibalik itu semua ternyata fakultas-fakultas yang lain juga tidak luput dari kekurangan.Oleh sebab itu mutu lulusan (out put) dan penelitian (reseach) bidang ilmu-ilmu keislaman dituntut dapat memberikan harga dari dukungan legititimasi situasional. Maka demi penjaminan mutu lulusan, seluruh pengembangan ilmu-ilmu keislaman di fakultas Ushuluddin harus berlangsung menurut kerangka pengembangan keilmuan yang berkualitas, yaitu mampu mengkomunikasikan ilmu keislaman secara lisan, tulisan dan menerapkan ilmu tersebut dalam kehiodupan modern. Sehingga fakultas ushuluddin dapat menampakkan keeksisanya dalam ranah kehidupan yang semakin menuntut adanya mutu dan kualitas para theolog, pemikir, intelektual dan tenaga pendidik yang mampu memberikan pencerahan dalam pengembangan wacana-wacana keislaman serta aktualisasi kongkrit dalam kehidupan masyarakat.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Response to "kondisi dan tantangan fakultas ushuluddin di PTAI"

Posting Komentar