tasawuf : pemikiran israqi suhrawardi al maqtul

PENDAHULUAN
Berbicara mengenai sufi pada abad ke VI, tentunya tidak lengkap tanpa membahas sufi yang satu ini, yaitu Syihabuddin Suhrawardi, yang terkenal dengan pemikirannya tentang hikmah israqiyah, dan dalam bidang filsafat islam sering disebut dengan teori iluminasi (pancaran).
Konsep tasawuf israqiyah, barangkali adalah tipe tasawuf falsafi yang paling orisinil diantara konsep-konsep tasawuf yang sealiran. Perkiraan ini cukup beralasan mengingat, bahwa suhrawardi sebagai konseptornya, adalah seorang yang memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai aliran filsafat yunani maupun filsafat Persia dan india.
Dasar filsafat ini adalah bahwa Allah adalah cahaya dari segala cahaya dan sumber dari segala yang ada. Dari nur Allah itulah keluar nur-nur yang lain, yaitu tiang-tiang alam yang maddi dan alam ruhi, dan akal-akal yang kemudian terbagi-bagi semuanya itu tidak lain, hanyalah kesatuan dari cahaya-cahaya, yang menggerakkan segala falak dan mengatur akan segala aturannya.

Biografi suhrawardi
Nama lengkap Suhrawardi adalah Abu al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153M di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki sejumlah gelar : Shaikh al-Ishraq (Guru besar filsafat Pencerahan), Master of Illuminationist, Al-Hakim, Ash-Shahid, The Martyr, dan Al-Maqtul (gelar sesudah wafat yang berarti “orang yang terbunuh).
Suhrawardi terkenal sebagai perantau, penuntut ilmu. Wilayah pertama yang ia kunjungi adalah Maragha yang berada di kawasan Azerbaijan. Di kota ini ia belajar filsafat, hukum dan teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili. Kemudian berlanjut ke Isfahan, dia belajar kepada Ibn Sahlan Al-Sawi, penyusun kitab Al-Basa’ir Al-Nasiriyyah tentang logika.
Kemudian, Suhrawardi pergi ke Aleppo untuk berguru pada Syafir Iftkhar Al-Din, dari kota inilah Suhrawardi terkenal. Saat di Aleppo, Suhrawardi yang masih dalam usia belia tertarik kepada ajaran tasawuf dan akhirnya menekuni mistisisme. Dalam hal ini Suhrawardi tidak hanya mempelajari teori-teori dan metode-metode untuk menjadi sufi, tetapi sekaligus mempraktekkannya sebagai sufi sejati. Dia menjadi seorang zahid yang menjalani hidupnya dengan ibadah, merenung, kontemplasi, dan berfilsafat. Dengan pola hidup seperti ini akhirnya dalam diri Suhrawardi terkumpul dua keahlian sekaligus, yakni filsafat dan tasawuf. Dengan demikian ia dapat dikatakan sebagai seorang filosof sekaligus sufi
Ketika di Aleppo, Suhrawardi di pertemukan oleh raja Malik Az-Zahir dengan para Fuqaha dan Teolog, terjadilah diskusi antara para teolog dan fuqaha tersebut dengan Suhrawardi. Karna kecerdasan Suhrawardi yang mengemukakan argumentasi-argumentasi yang kuat ketika diskusi, menjadikan Suhrawardi dekat dengan pangeran Zahir. Hal inilah yang membuat para fuqaha iri dan dendam kepadanya, para fuqaha itu berkirim surat kepada ayah pangeran Zahir yaitu Sholahuddin Al-Ayyubi dan menceritakan bahaya akan tersesat aqidah pangeran. Kemudian Al-Ayyubi segara memerintahkan putranya untuk menghukum mati Suhrawardi dengan cara di gantung, pada tahun 587 H/1191 M1.
Suhrawardi telah menyelidiki dan mempelajari secara mendalam hikmat dan filsafat kuno. Filsafat-filasafat timur dari India dan Persia dan juga filsafat Yunani. Betapa mendalam penyelidikan itu terlukis nyata dalam karangan-karangannya, seperti Hikmatul Isyraq, Hayakilun Nur, dan Al Ghurabatul Gharibah. Padanya terkandung pandangan filsafat dan tasawuf2.
Teori Israqi Suhrawardi
Secara harfiah kata Israq dapat diartikan bersinar atau memancar cahaya. Namun jika dilihat dari sisi ajarannya, kata Israq lebih tepat diartikan dengan penyinaran, pancaran cahaya atau iluminasi. Corak pemikiran dan perenungan suhrawardi ini merupakan gabungan dari filsafat dan tasawuf yang bersumber dari berbagai aliran yang ia tuangkan dalam hikmahnya Hikmah Al-Israq. Dalam teori Israq ia mengatakan bahwa sumber dari segala sumber adalah cahaya mutlak. Teorinya ini jelas merupakan gabungan teori neo platonisme dengan ide-ide Persia. Ini berarti bahwa paham Israq itu merupakan gabungan antara ide dan rasa.3
Malalui kalimat-kalimat simbolistis, suhrawardi mengatakan, bahwa Allah adalah Nur Al Anwar yang merupakan sumber dai segala yang ada dan seluruh kejadian. Dari Nur Al Anwar memancar cahaya yang menjadi sumber kejadian alam ruhi dan alam materi. Cahaya pertama yang memancar dari Nur Al Anwar adalah Nur Al Hakim dan juga di sebut Nur Al Qohir. Setelah Nur Al Hakim lepas dari Nur Al Anwar , ia memandang sumbernya itu dan melihat dirinya sendiri nampak gelap. Akibatnya terjadi aksi saling memandang diantara keduanya yang menyebabkan terjadinya proses energi, maka terpancarlah cahaya kedua yang di sebut denagn Barzakh Al-Awwal atau materi pertama. Melalui proses yang sama, dari Barzakh Al-Awwal memancar pula nur-nur serat Barzakh lainnya yang lebih gelap cahanya. Barzakh yang telah lepas dari bola cahaya Nur Al Anwar memiliki potensi dan aktual karena secara terus menerus mendapat limpahan cahaya dari nur al anwar.4
Ada tiga kualitas (Barzakh) yang memancar dari Nur Al Hakim, yaitu :
1.Barzakh Al-Aqli atau alam akal budi, yang mengandung potensi-potensi dan daya-daya seperti akal aktif dan roh suci
2.Barzakh Al-Nafs atau alam rohaniah atau alam jiwa. Meliputi jiwa bintang-bintang dilangit, serta yang menguasai manusia.
3.Barzakh Al Ajsam atau alam ragawi. Meliputi benda-benda elementer yang berada di bawah planet bulan, benda eter dan form atau substansi benda-benda langit.
Namun, pada ulasan lain dia dia menambah satu kualitas lagi yang ia beri nama sebagai alam idea yang posisinya berada di antara alam akal murni (rasio) cahaya dengan alam non materi tetapi dapat di indera dan dipahami serta ditanggapi dengan imajinasi aktif.5
paham israq menyatakan alam ini diciptakan melalui penyinaran atau illuminasi. Kosmos ini terdiri dari susunan yang bertingkat-tingkat berupa pancaran cahaya. Cahaya tertinggi dan sebagi sumber dari segala cahaya itu dinamakan Nur Al-Anwar dan inilah Tuhan. Manusia berasal dari Nur Al Anwar yang diciptakan melalui pancaran cahaya. Oleh karena itu, hubungan manusia denagn Tuhan merupakan arus bolak balik. Ada hubungan yang bersifat dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, yang sering disebut dengan ittihad6.
Manusia yang terjadi dari pletikan cahaya Al-Anwar akan dapat kembali kepada sumber asalnya dengan menjalani jenjang-jenjang. Secara jelas, suhrawardi mengajarkan tingkatan-tingkatan yang harus dilalui agar dapat bersatu dengan Allah sebagai berikut :
1.La Ilaha Illallah. Ucapan ikrar denagan lidah dan pengakuan dalam hati tentang tidak ada tuhan selain Allah.
2.La Hua Illa Hua, hanya allah yang berhak disebut Dia. Yang ada sungguh-sungguh hanyalah Allah, yang lain hanyalah cahaya dari yang ada.
3.La Anta Illa Anta, hanya Allah yang pantas disebut Engkau. Dan pada saat sudah terjadi syuhud dalam posisi saling berhadapan sehingga terbuka dialog antara manusia (suhrawardi) dengan Tuhan
4.la Ana Illa Ana, hanya Allah yang disebut Aku. Pada fase ini yang memiliki personaliti hanya dia Allah, sedangkan akunya manusia sudah lebur dari kesadaran karena sudah fana dan pada saat itu sudah tidak ada jarak antara manusia dengAn Tuhan
5.Kullu Syaihalikun Illah Wajhahu, selain Allah sudah lebur dan yang tinggal abadi hanya Dia. Karena manusia (suhrawardi) sudah fana fi'llah, maka dia memasuki alam ilahiyat sehingga ia kekal bersama Dia. Dan pada fase ini sudah mengalami kesatuan wujud.7
Peringkat-Peringkat Filosof Menurut Suhrawardi
1.Filosof ketuhanan, yaitu filosof yang menyibukkan diri dalam masalah-maslah ketuhanan, tetapi bukan peneliti tentang hal tersebut. Contohnya para nabi dan wali, seperti Abu Yazid Al Bustami, Al Hallaj, dll
2.Filosof yang peneliti, tapi tidak menyibukkan diri dalam masalah ketuhanan. Seperti Aristoteles, Alfarabi dan Ibnu Sina.
3.Filosof ketuhanan yang menyibukkan diri dalam maslah ketuhanan serta penelitian. Peringkat ini hanya suhrawardi sendiri yang dapat mencapainya. Meskipun pendapat suhrawardi ini banyak yang menentang, atas dasar dia meninggikan dirinya melebihi dari nabi, khususnya ini dikemukakan ole Ibnu Taimiyah.8



DAFTAR PUSTAKA

As, Asmaran. 1994. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
HAMKA.1993. Tasauf : perkrmbangan dan pemurniannya. Jakarta : Pustaka Panjimas
Siregar, Rivay. 1999 . Tasawuf : Dari Sufisme Klasik Ke Neo Sufisme. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Response to "tasawuf : pemikiran israqi suhrawardi al maqtul"

Posting Komentar